Rabu, 20 November 2013

next chapter

dalam apa.. kau terdiam.
diam terisak dan mengerikan
kenangan masa lalu..
bagaimana bisa membisu detak-detak jantung dan saat-saat usia zaman dan waktu

bagaimana bisa detak-detak jantung membisu..
bukankah waktu sering berputar
dan kembali ke permulaan
mengembalikan kenangan-kenangan masa lalu untuk menjelaskan masa kini
dan membimbing ke masa depan

salah..
semua yang terpikirkan tak sesuai arah
mempermainkan yang terencana
mendustai apa yang terasa

dia mencukupkan diri dengan mengisyaratkan sekilas seakan-akan
meletekkan garis garis batasan tanpa bayangan yang interpretatif
melampauigoresan goresan kedustaan dan simbol simbol keriuhan yang kosong

wahai bulan yang menangis di sudut sudutnya bayangan seorang wanita
lelaki muntah diatas trotoar dengan penuh kebencian
ucapan restu dan doa terucap seperti mengumpat
khurafat apa gerangan yang diinginkannya dariku
agar aku merundukkan kepala
dalam realitas keberangan dan mimpiku

kau mungkin tak paham gelagat
hingga kiranya terbendunglah hasrat
dibalik manisnya kata dan ucapan selamat
perkenankanlah dalam hatiku mengumpat
jadi baiknya kita padami sebelum lambat laun menjadi benci

membendung waktu, menunggumu yang berharga hanyalah rindu

Kamis, 24 Januari 2013

next chapter

rumah baru

eh eh ada rumah baru
di tanah situ
di bawah pohon
kenangaku

lubang kecil
seperti sumur
tapi tak berair

kuingin tahu
siapa penghuninya
kuingin lihat
bagaimana rupanya

next chapter

di suatu senja

angin pegunungan bertiup lembut
segar nyaman membelai rumput-rumput
daun ilalang kering
batu padas pecah-pecah
teronggok kaku bisu

seruling gembala mengiring
burung-burung terbang ke sarang
dan pak tani memikul padi
di rumah telah sedia
sejuknya air kendi
nasi hangat mengepul
sayur nangka, sambal kelapa
teramat nikmat
dimakan sehabis senja

next chapter

menyesal

pagiku hilang sudah melayang
hari mudaku mudah pergi
sekarang petang datang membayang
batang usiaku sudah tinggi

aku lalai di pagi hari
aku lengah di masa muda mi
kini hidup meracun hati
miskin ilmu, miskin harta

akh, apa guna kusesalkan
menyasalkan tua tiada berguna
hanya menambah luka sukma

kepada yang muda kuharapkan
atur kebiasaan di pagi hari
menuju ke arah padang bakti

next chapter

Pagi yang cerah

kubuka jendela rumah
tampak halaman yang indah
bunga-bunga mekar merekah

di jalan anak-anak pergi sekolah
binar-binar mata mencerah
aku menyapa ramah
mereka sambut dengan bergairah