dalam apa.. kau terdiam.
diam terisak dan mengerikan
kenangan masa lalu..
bagaimana bisa membisu detak-detak jantung dan saat-saat usia zaman dan waktu
bagaimana bisa detak-detak jantung membisu..
bukankah waktu sering berputar
dan kembali ke permulaan
mengembalikan kenangan-kenangan masa lalu untuk menjelaskan masa kini
dan membimbing ke masa depan
salah..
semua yang terpikirkan tak sesuai arah
mempermainkan yang terencana
mendustai apa yang terasa
dia mencukupkan diri dengan mengisyaratkan sekilas seakan-akan
meletekkan garis garis batasan tanpa bayangan yang interpretatif
melampauigoresan goresan kedustaan dan simbol simbol keriuhan yang kosong
wahai bulan yang menangis di sudut sudutnya bayangan seorang wanita
lelaki muntah diatas trotoar dengan penuh kebencian
ucapan restu dan doa terucap seperti mengumpat
khurafat apa gerangan yang diinginkannya dariku
agar aku merundukkan kepala
dalam realitas keberangan dan mimpiku
kau mungkin tak paham gelagat
hingga kiranya terbendunglah hasrat
dibalik manisnya kata dan ucapan selamat
perkenankanlah dalam hatiku mengumpat
jadi baiknya kita padami sebelum lambat laun menjadi benci
membendung waktu, menunggumu yang berharga hanyalah rindu
diam terisak dan mengerikan
kenangan masa lalu..
bagaimana bisa membisu detak-detak jantung dan saat-saat usia zaman dan waktu
bagaimana bisa detak-detak jantung membisu..
bukankah waktu sering berputar
dan kembali ke permulaan
mengembalikan kenangan-kenangan masa lalu untuk menjelaskan masa kini
dan membimbing ke masa depan
salah..
semua yang terpikirkan tak sesuai arah
mempermainkan yang terencana
mendustai apa yang terasa
dia mencukupkan diri dengan mengisyaratkan sekilas seakan-akan
meletekkan garis garis batasan tanpa bayangan yang interpretatif
melampauigoresan goresan kedustaan dan simbol simbol keriuhan yang kosong
wahai bulan yang menangis di sudut sudutnya bayangan seorang wanita
lelaki muntah diatas trotoar dengan penuh kebencian
ucapan restu dan doa terucap seperti mengumpat
khurafat apa gerangan yang diinginkannya dariku
agar aku merundukkan kepala
dalam realitas keberangan dan mimpiku
kau mungkin tak paham gelagat
hingga kiranya terbendunglah hasrat
dibalik manisnya kata dan ucapan selamat
perkenankanlah dalam hatiku mengumpat
jadi baiknya kita padami sebelum lambat laun menjadi benci
membendung waktu, menunggumu yang berharga hanyalah rindu