Senin, 31 Mei 2010

Buku merah

Menulis sajalah, gak usah mikir, semakin dipikir semakin gak jadi ditulis, semakin dipikir semakin itu juga kata2 ini jadi amburadul gak karuan seperti hati ini yang gak pernah lagi bisa merasakan hal-hal yang seharusnya dirasakan

Aku semakin menikmati kesedihan ini, baru sekarang aku rasakan nikmatnya kehilangan seseorang, untuk kebahagiaannya, hanya kali ini aku bahagia melihat kebahagiaan orang lain, preeeeeet

Gak jelas kemana tujuannya, aku mulai suka sendiri lagi seperti biasanya, sendiri dan berpikir sendiri, disini aku punya duniaku sendiri, terserah bagaimana itu terserah aku, aku adalah penguasa duniaku ini, terserah arep tak kapakno, seng jelas aku bahagia disini, hanya ada aku dan aku dengan otak yang error ini dan memory yang cuma 12MB ini gak sulit untuk melupakan sesuatu yang seharusnya tidak aku lupakan misalnya utangku pada orang2 yang telah dengan berat sekali mengutangi orang dangglingan koyo aku iki

Simbah wardi dan aku saja yang masih melek dan punya keinginan aneh2, yaitu beli es campur dan es dingin walau hari panas tapi mbah sek pengen ae s campur aneh kan? Aneh gak? Aneh gak sih? Yang paling aneh itu yang nulis, tapi lebih aneh lagi yang mau baca, dasar orang bego mau maunya dikerjain k-wox yang ganteng ini, tulisan gak jelas yo masih dibaca

Aku juga penasaran, emang tulisanku bisa dibaca yo?

Rupanya mbah wardi sudah siap hang out, sudah menyisir rambut dan raup muka, aku sih terus nulis karo berpikir kapan mbah wardi bakal ngomong ayo wok's sido po 4

Terus aku yang belum dengar kata2 itu pun terus nulis saja tanpa peduli dengan kesenjangan perasaan antara mbah wardi, buku tulis dan pulpen yang aku paksa untuk bekerja terus dari tadi walaupun gak tak kasih uang lembur, mungkin karena sang pulpen lagi dalam masa training dan belum teken kontrak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar